Dalam sebuah tulisannya, Ibn Hazm al-Andalusi menuliskan, "Aku pernah diminta secara khusus membahas cinta dan berbagai bentuknya. Semua bentuk cinta bersumber dari satu rumpun. Cinta ditandai oleh rasa rindu kepada yang dicintai, takut berpisah, harapan untuk mendapatkan balasan cinta.
Konon perasaan itu berbeda-beda menurut obyeknya. Namun sang obyek berbeda-beda hanya karena hasrat di pecinta, apakah hasrat itu sedang menguat, melemah, atau pupus sama sekali. Dengan demikian, cinta kepada Allah Swt. merupakan cinta yang sempurna; itulah yang menyatukan makhluk dalam mencari cita-cita yang sama.
Hasrat terkecil yang dirasakan pecinta kepada kekasihnya adalah memenangkan cintanya, perhatiannya, dan dekat kepadanya-tak berani mengharapkan yang lain. Inilah yang menjadi cita-cita orang yang saling mencinta karena Allah Swt.
Tingkatan berikutnya adalah ketika cinta tumbuh dalam kebersamaan, berbincang, dan saling memperhatikan satu sama lain. Inilah tingkatan cinta seorang pria kepada raja, teman, atau saudaranya.
Namun puncak yang dapat didambakan seorang pecinta dari sang kekasih adalah memeluk sang kekasih saat sang kekasih menginginkan."
Cinta menjadikan seorang menjadi kuat, begitu pula sebaliknya. Tergantung sejauh mana seorang bisa memahami cinta atas dirinya yang sedang merasakan cinta. Cinta tidak berbentuk, tidak juga berwujud. Namun cinta bisa dirasakan, cinta mempunyai kekuatan yang begitu dasyat.
Berbagai bentuk cinta hanya terletak pada obyek yang dicintai. Pada hakikatnya cinta adalah satu, ia wujud dari rasa yang terdalam dan berirama sesuai dari obyeknya. Bisa ia cinta kepada Allah, Nabi, sahabat, istri, anak, harta benda, dunia, jabatan, dan lain sebagainya.
Cinta adalah puncak dari penghambaan seseorang terhadap sesuatu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar