Social Icons

MENGUKUR RASA IKHLAS


     Ikhlas merupakan bagian dari sekian banyak sikap yang muncul dan berkemelut di dalam hati. Tidak banyak orang bisa memahami dan merasakan kondisi ikhlas ini, karena ikhlas adalah puncak tertinggi dari sikap hati.
     Setiap waktu disaat kita terjaga dan beraktivitas, hati senantiasa dihadapkan dalam kondisi-kondisi bagaimana hati kita harus bersikap. Tentunya bersikap yang baik dengan memunculkan sikap-sikap positif yang ada di dalam hati.
     Bagaimana jika sekian banyak usaha keras kita, pekerjaan yang begitu berat telah terselesaikan dengan baik, masalah-masalah yang begitu rumit mampu kita carikan solusi terbaik tanpa mengganggu kenyamanan orang lain dan jauh dari resiko, serta kebanyakan orang yang mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin kita lakukan, ternyata kita bisa mengerjakannya tanpa beban sama sekali, sedangkan apa yang telah kita kerjakan itu semua tidak dihargai, dicemooh, dipandang sepele, bahkan dicampakkan seolah-olah orang disekitar kita merasa tidak tahu atas apa yang telah kita kerjakan. Dan inilah yang menjadi pekerjaan hati.
     Hal di atas mengajarkan kita untuk bersikap legowo, berlapang dada dengan senantiasa memaksa hati untuk bersikap baik. Jika di ukur dengan takaran keikhlasan manusiawi, jelas yang muncul adalah rasa emosi, karena setiap apa yang telah kita kerjakan tanpa kepentingan apapun. Namun semua orang bersikap acuh.
Itulah letak dasar ujian keimanan dan juga keikhlasan. Tidak ada yang pernah tahu saat kapan hati kita harus bersikap ikhlas, dan seberapa besar rasa ikhlas itu harus muncul.
     Ikhlas hanya sebuah istilah untuk menamakan kondisi hati yang pasrah, legowo dan tidak bisa berbuat apa-apa kecuali atas pertolongan Tuhan. Mulut barangkali mudah untuk mengucapkan “Saya Sudah Ikhlas”, namun hati hanya Tuhan yang Maha Mengetahui.
     Teringat apa yang dituliskan Al Ghazali di dalam bukunya Ihya’ Ullumudin, “Setiap orang celaka kecuali mereka yang menuntut ilmu, sedangkan orang yang menuntut ilmu juga akan celaka kecuali mereka yang mau mengamalkan, dan orang yang mengamalkan juga akan celaka kecuali mereka yang ikhlas, dan yang ikhlaspun belum ada jaminan.”
     Setiap manusia di antara kita hanya bisa berbuat dan pasrah kepada Tuhan. Itupun atas kehendak Nya. Secara hakiki manusia hanyalah pancaran Nur Keilahian, tanpa Tuhan, manusia tidak lebih dari makhluk Nya yang lain.
     Sudah menjadi kewajiban manusia untuk senantiasa memperbaiki diri dari sikap lahir dan batinnya. Setiap saat semua akan mengalami ujian, dan ujian akan menaikkan serta menurunkan derajat manusia di hadapan Tuhan ataupun sesama.
     Mari senantiasa belajar untuk berbuat baik, baik lahir maupun batin. Minimal hal ini akan menjadi perantara atas turunnya pertolongan dan petunjuk Tuhan bagi kita.          
   Janganlah terjebak pada hiruk pikuk permasalah dunia, perdebatan hukum lahiriah, ataupun masalah khilafiah. Semua ketentuan sudah ada, jemputlah kebaikan-kebaikan Tuhan itu dengan senantiasa berbuat baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

'

Sample Text

 
Blogger Templates