Tetes air akan bahagia bila bersatu dengan lautan
Derita, saat melampaui batas-batasnya, menjadi obat baginya
(sebuah bait oleh Ghaib, diterjemahkan dari bahasa Urdu)
Apa yang hendak disampaikan si penyair melalui kiasan menyatunya tetes air dengan lautan? Menurut falsafah sufi, di dalam jiwa manusia terpendam derita hebat-derita diri yang terpisah. Derita ini mendorong menuju pembebasan-disinilah diri tak lagi merasa terpisah.
Apa makna pembebasan, pencerahan, kesadaran-diri, maya, kerinduan spiritual? Apa jiwa itu? Adakah jiwa itu, dan bila ada, dalam pengertian seperti apa, bagaimana, dan di mana? Apa kesadaran-tunggal itu-keadaan jiwa sang arif yang telah mencapai tahapan kesadaran diri?
Mungkinkah ajaran-ajaran mistis atau spiritual dan psikologi serta neurosains yang baru muncul diupayakan saling berkomunikasi? Bahwa yang demikian itu mungkin sekali-cukup mungkin untuk mengubah secara mendasar pandangan kita tentang dunia.*
Kesadaran diri dan pengetahuan spiritual hanya bisa dirasakan oleh para penempuh jalan spiritual. Tulisan, ucapan, dan ungkapan yang lontarkan oleh orang-orang arif hanyalah bentuk simbol komunikasi agar bisa dipahami oleh orang lain. Esensi dari hal itu sesungguhnya sangat jauh, ibarat langit dan bumi. Wilayah rasa spiritual akan dialami bagi mereka yang melewati jalannya, tidak hanya berhenti pada tatanan logika, akal, dan pemahaman belaka. Lebih dari itu semua bahwa orang-orang arif hanya ingin mengajak semua orang agar bisa merasakan apa yang dirasakan oleh mereka. Dan itulah rahasia yang sesungguhnya. Namun, tidak akan pernah ada rahasia yang tersembunyi bagi orang yang mau masuk ke dalamnya.
*Ali Ansari, Tasawuf Dalam Sorotan Sains Modern, diterjemahkan dari buku berbahasa Inggris, Sufism and Beyond: Sufi Thought in the Light of Late 20th Centuri Science. Penerjemah:Ilyas Hasan, Pustaka Hidayah, Bandung,2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar