Social Icons

Diantara Jalan Setan Menuju Hati


Setan senantiasa mengawasi dan menggoda kita agar kita jatuh dalam keburukan dan keterpurukan. Ia masuk memaluli banyak jalan menuju hati kita, dan inilah beberapa jalan setan menuju hati, pertama adalah bakhil dan takut menjadi miskin. Jika perasaan seperti ini muncul maka dampaknya adalah mencegah dan bisa dipastikan tidak akan membelanjakan harta kita di jalan Allah. Hal ini akan menyebabkan sifat rakus dan terus-menerus untuk mengumpulkan harta. Ibarat orang yang haus ia minum dengan air laut, semakin ia minum maka semakin rasa haus itu menancap dalam diri dan ia terus minum air laut itu sehingga matilah ia dalam rasa kehausan. Dengan demikian tercapailah sudah target setan untuk mematikan manusia dalam keadaan musryik dan batil.

Jalan setan berikutnya adalah fanatik bermadzab/golongan. Ini adalah jalan yang besar dan sangat mudah dilewati oleh setan untuk masuk ke dalam hati. Setan bertelur dan menetas serta beranak pinak dalam sanubari seseorang. Sikap hati yang sudah dihinggapi setan seperti ini akan cederung mencaci maki dan mencari kesalahan/keburukan orang lain diluar golongannya. Jika demikian maka kita akan cenderung merasa paling benar sendiri dalam segala hal dan memandang remeh orang lain. Memandang rendah orang lain karena tidak masuk dalam golongan kita dan membanggakan diri sebagai umat/golongan terbaik.
Mungkin kita telah mengaku mengikuti atau bermadzab pada seorang imam/seorang yang alim, namun kenyataannya kita masih jauh dari pribadi pendiri madzab tersebut. Sungguh hinalah diri ini jika hanya berbicara tanpa perbuatan yang utuh. Diskusi dan kajian rutin dijalankan, namun sedikit beramal. Masih sedikit amal namun bibit kesombongan dan angkuh sudah tumbuh subur dalam hati. Celakalah diri jika hal ini terlintas dalam hati. Pastinya jika sang imam masih hidup, maka beliau akan memperingatkan kita.
Berpikirlah obyektif bahwa kita semua adalah sama. Kita punya Tuhan, Rasul dan Kitab Suci yang sama. Kita semua adalah saudara seiman yang seharusnya berangkul-rangkulan dengan mengedepankan ketenangan hati dan pikiran yang jernih dalam menyikapi setiap perbedaan. Indah pastinya jika kita semua bisa demikian. Selalu bersikap legowo  dan nyegoro dalam bersikap dan berucap. Tidak pernah mempermasalahkan perbedaan masalah-masalah cabang dalam agama. Biarlah itu tetap tumbuh seperti halnya periode awal Islam sebagai bentuk sunatullah dan harusnya sudah tidak ada lagi yang perlu dipermasalahkan dalam itu. Yang terpenting adalah kewaspadaan diri terhadap gerak hati dan pikiran agar setan tidak dengan bebas mempermaikan hawa nafsu untuk merusak akhlak dan pribadi kita.
Jalan setan berikutnya adalah tidak menuntut ilmu, ilmu batiniah dan akhlak adalah yang utama dibandingkan ilmu-ilmu yang lain. Terkadang kita banyak berkhayal bahwa diri kita merasa dekat dengan Allah. Padahal hakikatnya adalah jauh. Ketika diri merasa baik dan dekat kepada Allah justru itu adalah sebuah tanda bahwa diri semakin jauh kepada Allah. Tanda dekatnya hamba dengan Allah adalah semakin tawadhu’nya kita kepada Allah maupun sesama.
Setan akan terus membisikkan ke dalam dada kita agar kita terus menguatkan niat untuk selalu tampil di depan. Ingin semua orang mengenal dan menghormati kita diantara umat  bahwa kita adalah satu-satunya orang yang berilmu, mempunyai jabatan dan berwibawa. Setan telah mengendalikan total hati yang seperti ini. Tidaklah selamat seseorang melainkan ia adalah orang-orang yang senantiasa awas terhadap hatinya agar ia menjadi orang biasa, tidak ingin dipuji dan dikenal, menjalani kehidupan normal dengan penuh kesederhanaan dan ketawadhu’an. Taqwa dan ilmunya hanya untuk Allah yang Maha Mengetahui segala isi hati. Kehati-hatian dan sikap rendah diri selalu menyelimuti pribadinya.
Jalan setan berikutnya adalah bangga diri. Membanggakan anak keturunan, pasangan, harta, kedudukan dan pangkat, ilmu, serta kesempurnaan sikap dan fisik. Hati senantiasa merasa puas dan bangga ketika semua fasilitas lahir ataupun batin mengiringi nafas kehidupan kita. Sehingga sampai kita dilupakan terhadap keluar masuknya nafas dalam setiap detik dan menit yang seharusnya kita isi dengan dzikir kepada Allah.
Kita sering menyebut-nyebut semua itu karena rasa bangga dalam hati, dan inilah tujuan setan supaya kita memunculkan sikap ke-AKU-an, mengakui kekuatan diri yang berujung pada kesombongan. Celakalah hati yang seperti ini. Kekuatan hanya milik Allah. Kita bisa bernafas, berpikir dan berbuat hanya karena digerakkan oleh Allah. Segala fasilitas dan perlengkapan kehidupan yang ada disekitar kita hanya ujian yang berujung pada keselamatan ruh saat kematian itu datang. Ruh yang lalai karena kesibukan duniawi maka ia mati dalam keadaan buruk, nerakalah ia. Sedangkan ruh yang senantiasa ingat kepada Allah maka ia berakhir dalam keadaan baik, surgalah tempatnya kembali dalam kedamaian.
Mari berpikir sejenak wahai sadaraku, bahwa sesungguhnya kematian itu begitu dekat dengan kita. Sementara amal ibadah kita masih sangat sedikit, itupun kalau ikhlas karena Allah. Sementera kita akan menempuh perjalanan yang begitu panjang dan berat yaitu perjalanan menuju negeri akhirat. Tugas setan dengan terus menggoda kita supaya kita lalai kepada dzikir dan datangnya kematian serta supaya kita terjerumus dalam kenikmatan duniawi yang sesaat.
Semoga Allah Memudahkan kita dalam kebaikan lahir batin ikhlas hanya karena-Nya. Dan kita semua diberikan ketajaman hati dalam melihat lembutnya godaan setan yang terus menyerang kita dari segala penjuru. Kami berlindung kepada-Mu ya Allah dari godaan setan yang terkutuk, aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

'

Sample Text

 
Blogger Templates