Setan senantiasa mengawasi dan menggoda kita agar kita jatuh dalam keburukan dan keterpurukan. Ia masuk memaluli banyak jalan menuju hati kita, dan inilah beberapa jalan
setan menuju hati, pertama adalah bakhil dan takut menjadi miskin. Jika perasaan seperti
ini muncul maka dampaknya adalah mencegah dan bisa dipastikan tidak akan
membelanjakan harta kita di jalan Allah. Hal ini akan menyebabkan sifat rakus
dan terus-menerus untuk mengumpulkan harta. Ibarat orang yang haus ia minum
dengan air laut, semakin ia minum maka semakin rasa haus itu menancap dalam
diri dan ia terus minum air laut itu sehingga matilah ia dalam rasa kehausan.
Dengan demikian tercapailah sudah target setan untuk mematikan manusia dalam
keadaan musryik dan batil.
Jalan setan berikutnya
adalah fanatik bermadzab/golongan. Ini adalah jalan yang besar dan sangat mudah
dilewati oleh setan untuk masuk ke dalam hati. Setan bertelur dan menetas serta
beranak pinak dalam sanubari seseorang. Sikap hati yang sudah dihinggapi setan seperti
ini akan cederung mencaci maki dan mencari kesalahan/keburukan orang lain
diluar golongannya. Jika demikian maka kita akan cenderung merasa paling benar
sendiri dalam segala hal dan memandang remeh orang lain. Memandang rendah orang
lain karena tidak masuk dalam golongan kita dan membanggakan diri sebagai
umat/golongan terbaik.
Mungkin kita telah mengaku
mengikuti atau bermadzab pada seorang imam/seorang yang alim, namun
kenyataannya kita masih jauh dari pribadi pendiri madzab tersebut. Sungguh
hinalah diri ini jika hanya berbicara tanpa perbuatan yang utuh. Diskusi dan
kajian rutin dijalankan, namun sedikit beramal. Masih sedikit amal namun bibit
kesombongan dan angkuh sudah tumbuh subur dalam hati. Celakalah diri jika hal
ini terlintas dalam hati. Pastinya jika sang imam masih hidup, maka beliau akan
memperingatkan kita.
Berpikirlah obyektif
bahwa kita semua adalah sama. Kita punya Tuhan, Rasul dan Kitab Suci yang sama.
Kita semua adalah saudara seiman yang seharusnya berangkul-rangkulan dengan
mengedepankan ketenangan hati dan pikiran yang jernih dalam menyikapi setiap
perbedaan. Indah pastinya jika kita semua bisa demikian. Selalu bersikap
legowo dan nyegoro dalam bersikap
dan berucap. Tidak pernah mempermasalahkan perbedaan masalah-masalah cabang
dalam agama. Biarlah itu tetap tumbuh seperti halnya periode awal Islam sebagai
bentuk sunatullah dan harusnya sudah tidak ada lagi yang perlu
dipermasalahkan dalam itu. Yang terpenting adalah kewaspadaan diri terhadap
gerak hati dan pikiran agar setan tidak dengan bebas mempermaikan hawa nafsu
untuk merusak akhlak dan pribadi kita.
Jalan setan berikutnya adalah
tidak menuntut ilmu, ilmu batiniah dan akhlak adalah yang utama dibandingkan
ilmu-ilmu yang lain. Terkadang kita banyak berkhayal bahwa diri kita merasa
dekat dengan Allah. Padahal hakikatnya adalah jauh. Ketika diri merasa baik dan
dekat kepada Allah justru itu adalah sebuah tanda bahwa diri semakin jauh
kepada Allah. Tanda dekatnya hamba dengan Allah adalah semakin tawadhu’nya kita
kepada Allah maupun sesama.
Setan akan terus
membisikkan ke dalam dada kita agar kita terus menguatkan niat untuk selalu tampil
di depan. Ingin semua orang mengenal dan menghormati kita diantara umat bahwa kita adalah satu-satunya orang yang
berilmu, mempunyai jabatan dan berwibawa. Setan telah mengendalikan total hati
yang seperti ini. Tidaklah selamat seseorang melainkan ia adalah orang-orang
yang senantiasa awas terhadap hatinya agar ia menjadi orang biasa, tidak ingin
dipuji dan dikenal, menjalani kehidupan normal dengan penuh kesederhanaan dan
ketawadhu’an. Taqwa dan ilmunya hanya untuk Allah yang Maha Mengetahui segala
isi hati. Kehati-hatian dan sikap rendah diri selalu menyelimuti pribadinya.
Jalan setan berikutnya
adalah bangga diri. Membanggakan anak keturunan, pasangan, harta, kedudukan dan
pangkat, ilmu, serta kesempurnaan sikap dan fisik. Hati senantiasa merasa puas
dan bangga ketika semua fasilitas lahir ataupun batin mengiringi nafas
kehidupan kita. Sehingga sampai kita dilupakan terhadap keluar masuknya nafas
dalam setiap detik dan menit yang seharusnya kita isi dengan dzikir kepada
Allah.
Kita sering
menyebut-nyebut semua itu karena rasa bangga dalam hati, dan inilah tujuan
setan supaya kita memunculkan sikap ke-AKU-an, mengakui kekuatan diri yang
berujung pada kesombongan. Celakalah hati yang seperti ini. Kekuatan hanya
milik Allah. Kita bisa bernafas, berpikir dan berbuat hanya karena digerakkan
oleh Allah. Segala fasilitas dan perlengkapan kehidupan yang ada disekitar kita
hanya ujian yang berujung pada keselamatan ruh saat kematian itu datang. Ruh
yang lalai karena kesibukan duniawi maka ia mati dalam keadaan buruk, nerakalah
ia. Sedangkan ruh yang senantiasa ingat kepada Allah maka ia berakhir dalam
keadaan baik, surgalah tempatnya kembali dalam kedamaian.
Mari berpikir sejenak
wahai sadaraku, bahwa sesungguhnya kematian itu begitu dekat dengan kita.
Sementara amal ibadah kita masih sangat sedikit, itupun kalau ikhlas karena
Allah. Sementera kita akan menempuh perjalanan yang begitu panjang dan berat
yaitu perjalanan menuju negeri akhirat. Tugas setan dengan terus menggoda kita
supaya kita lalai kepada dzikir dan datangnya kematian serta supaya kita
terjerumus dalam kenikmatan duniawi yang sesaat.
Semoga Allah Memudahkan
kita dalam kebaikan lahir batin ikhlas hanya karena-Nya. Dan kita semua
diberikan ketajaman hati dalam melihat lembutnya godaan setan yang terus
menyerang kita dari segala penjuru. Kami berlindung kepada-Mu ya Allah dari
godaan setan yang terkutuk, aamiin.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar